CHAPTER 2
Street live waktu SMA
https://twitter.com/mizunoyoshiki/status/662602935591788544
37. Setelah Kiyoe bergabung, jadwal live kita jadi setiap hari rabu di
tiap minggunya di depan tempat mangkal taxi di pintu utara Stasiun
Hon-atsugi. Waktu itu ga ada smartphone. Internet juga ga sepopuler
sekarang, makanya dulu kita ga ada tuh update di webpage atau social
media. Gampangnya ya kita manggung tiap minggu di hari dan jam yang
sama. Udah gitu aja.
38. Biasa kita latihan di gedung
almamater sekolah. Kiyoe tiap pulang sekolah menyelinap ke sekolah kita
dengan minjem seragam kakaknya.
39. Sampai suatu ketika Kiyoe pernah ketauan dan dimaki-maki sama guru sekolah kita.
"Kamu, apa benar kamu anak sekolah sini?!?"
Kiyoe: I, Iya, kelas 2-2.
Sensei; Bohong kamu! Sekolah ini menggunakan huruf di tiap kelasnya, 2A, 2B
Kiyoe: Ma, maaf
Sensei: Kamu, adiknya Yoshioka kan? Saya tahu ini.
Oh ternyata beliau tahu.
40. Sejak Kiyoe bergabung, jenis tamu kita bertambah. Mulai dari anak
sekolah, pekerja kantoran dengan jas, keluarga, sampe siapapun yang
lewat dan berhenti. Kita bertiga terlihat unik, karena kita sehabis
pulang sekolah langsung ngamen, pake seragam pula. Semenjak itu sampai
sekarang, saya bersyukur jenis tamu kita tetep seperti itu. Sebuah
kebanggaan pastinya.
41. Selama manggung,
pastinya ada kendala dong. Pernah kita diomelin sama penjual food truck
takoyaki yang mau lewat dan diteriakin "woi minggir! ganggu aja lo!" Dan
seketika posisi parkirannya jadi ganggu penonton yang mau melihat kita.
42. Selain itu, banyak juga orang random yang mendadak nimbrung pas kit
alagi main. Misalnya menari di tengah2, ada yang bawa bongo drum dan
masukin aja di tengah2 lagu dan ngegebuknya semangat banget. Lalu ada
juga bapak2 mabok yang ikut2an nyanyi. Banyak deh.
43.
Kadang hal tersebut bikin kaget. Dalam situasi tersebut, kita terlatih
menghadapinya. Kadang kalau misalnya ternyata jadi masalah, penontonya
malah pergi. Dan giliran kita lempar humor baru deh pada mendekat.
Termasuk juga om2 yang tukang mabok. Nah kalo soal gini, Kiyoe jago
ngadepinnya, ajaib deh.
44. Pokoknya kita seneng
deh, pokoknya jalan kita di musik saat itu terlihat cerah. Tapi ya kita
sama sekali ga kepikiran untuk jadi band pro, ya waktu itu kita masih
kelas 3 SMA. Kalau dianalogikan, mungkin kita seperti kegiatan klub di
sekolah. Ya hanya sebatas senang aja gitu. Sampe akhirnya ada sebuah hal
yang datang dan sedikit mengubah kesadaran kita.
45. Ketika manggung, tiba2 dateng seseorang yang ngaku sebagai staff
dari sebuah acara terkenal. Beliau informasi ke kita bahwa lagi ada
audisi untuk cari talenta baru dan menawarkan apakah kami mau ikut atau
tidak. Kalau dipikir sekarang, agak aneh ya. Kenapa sih milihnya kami
yang cuma anak SMA di kampung. Dan kaget juga setelah tahu bahwa itu
beneran audisi menuju ketenaran.
46. Tanpa mikir
macem2, kita bertiga menghadap ke lokasi yang kami belum pernah pergi,
di tengah Tokyo. Audisinya di daerah Akasaka-Mitsuke. Kita rencana
bawain dua lagu, dan saya gugup dan tanpa ekspresi banget ketika lagi
main. SAmpe akhirnya ada juri lelaki yang marah2 "Kalian ini niat main
atau tidak sih!?" Dan itu semua diluar ekspektasi kita. Sampe sekarnag
kalo diinget, malah jadi bahan bercandaan member.
47. Selang beberapa hari, kami dapat jawaban bahwa kami lolos. Wahs
eakan ga percaya, kita sebagai anak SMA yang polos inipun bertanya-tanya
"eh beneran ga nih? Jangan-jangan kita ditipu lagi?" Ya meskipun gitu,
sampe sekarang juga pengennya sih dilanjutkan kalau emang benar ya.
48. Audisi ini mungkin jadi semcam kesempatan buat kami di masa depan.
Tapi kami jujur aja bingung dengan keputusan ini. Memang sih kita
bersenang-senang dengan yang kita lakukan, tapi kita jadi kepikiran
"ujungnya" Apa yang harus kami lakukan? Kami bertiga yang kala itu masih
belasan, bingung banget. Kepikiran ga mungkin untuk ngelanjutin.
49. Meskipun saya dan Yoshioka ingin melanjutkan jalan ke musik, tapi
saya ga kepikiran untuk melanjutkan "Ikimonogakari". Karena konsep
Ikimonogakari di kepala kami waktu itu cuma buat senang-senang aja.
Pokoknya kita ga mau jalani ini dengan gegabah.
50. Setelah didiskusikan sebagai anak SMA, akhirnya kita memutuskan
bahwa grup ini cukup untuk bersenang-senang aja. Yah, sebagai penutup
kenangan masa SMA aja. Dan akhirnya kita memutuskan untuk bubar.
Layaknya kegiatan klub yang libur karena lomba musim panas, dan saya
serta yamashita yang sudah kelas tiga dan banyaknya ujian yang menanti.
kami memutuskan untuk menggelar live perpisahan di depan stasiun daerah
kita.
51. Mengenai live perpisahan ini, kita juga
sering pikirin. Semakin hari yang nonton di depan honatsugi makin
banyak, dari 100 sampe 200 orang, nama kita jadi lumayan dikenal di
sekitaran kita. Banyak penonton yang kaget ngeliat kita anak SMA 3 orang
perform di jalanan dan akhirnya ngumpul untuk nonton. Sebagai anak SMA,
kita ngerasa sudah mencapai sesuatu dalam hidup nih, ya semacam jadi
kenangan manis di masa SMA. Seneng deh pokoknya.
52.
Demi live terakhir, kami bertiga buat pamflet sendiri yang mengabarkan
pembubaran band kami. Kami tulis tagline yang mencolok banget "Kalau
kalian melewatkan yang satu ini, kalian ga akan bisa ketemu kami lagi"
Dan lucunya sama sekali ga kepikiran bahwa 15 tahun setelahnya, kami
makin banyak ketemu sama orang-orang.
Cukup sekian untuk hari ini, mohon maaf kalau ada salah2 kata. Next, Chapter 3.
0 komentar:
Posting Komentar